5 Fakta Eceng Gondok, Dianggap Gulma Tapi Enak Dimakan dan Kaya Nutrisi

Eceng gondok kerap terlihat tumbuh di rawa-rawa, danau atau sungai. Dalam jumlah banyak, eceng gondok dianggap merugikan tapi sebenarnya eceng gondok punya segudang manfaat. Eceng gondok yang tumbuh mengapung di atas permukaan air danau atau sungai ini sebenarnya membawa manfaat. Salah satunya adalah bisa menjernihkan air namun jika jumlahnya terlampau banyak maka eceng gondok berpotensi mengurangi kadar oksigen dalam air sehingga mengganggu ekosistem. Banyak masyarakat yang geram dengan keberadaan eceng gondok dan berusaha membersihkannya. Padahal jika diolah dengan benar maka eceng gondok bisa jadi makanan enak, kaya nutrisi dan bahkan bisa menjadi obat untuk berbagai masalah kesehatan. Selama ini banyak yang menganggap eceng gondok beracun. Padahal kalau diolah dengan benar, eceng gondok bisa jadi makanan enak. Belum banyak juga yang tahu kalau eceng gondok mengandung nutrisi yang tinggi. Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta unik seputar eceng gondok.  

1. Jenis Tanaman

Masyarakat Indonesia sudah tak asing lagi dengan tanaman eceng gondok. Tumbuhan dengan nama latin saEichhorni crassipes ini termasuk dalam jenis tumbuhan air mengapung. Selain populer dengan nama eceng gondok, tanaman ini juga punya sebutan unik di berbagai daerah. Di Palembang dikenal dengan sebutan kelipuk, di Lampung disebut Ringgak, di Kalimantan disebut Ilung-ilung sementara di Manado disebut Tumpe. Jika dirunut sejarahnya, eceng gondok ditemukan pertama kali secara tak sengaja oleh ilmuwan Jerman bernama Carl Fredrich Philipp von Martius pada tahun 1824. Ia menemukan tanaman ini di sungai Amazon Brazil. Pertumbuhan eceng gondok yang terlampau cepat membuat tanaman ini dianggap gulma yang merusak lingkungan. Tanaman eceng gondok memiliki ciri akar serabut, berdaun tebal dan licin serta memiliki bunga berkelopak tabung dengan warna keunguan.  

2. Dianggap Gulma

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah, rawa, dan aliran air lambat. Tumbuhan ini terbilang kuat karena dapat beradaptasi dengan perubahan iklim yang ekstrem. Eceng gondok juga kuat hidup pada air berarus kencang, pH air tak stabil hingga racun-racun dalam air. Eceng gondok jika didiamkan terus menerus akan membuat pertumbuhannya semakin pesat. Semakin banyak eceng gondok yang menutupi area air maka akan menjadi masalah lingkungan. Eceng gondok bisa menyebabkan peningkatan evapotranspirasi atau penguapan air, menurunkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam air, mempercepat proses pendangkalan sungai dan mengganggu arus lintas air. Oksigen dalam air sungai atau danau juga bisa berkurang drastis sehingga mengganggu perkembangan biota air. Pengrajin kesenian juga kerap memanfaatkan eceng gondok menjadi berbagai perkakas rumah tangga. Eceng gondok yang sudah kering bisa dibuat menjadi tas, keranjang hingga sandal.  

3. Kaya Nutrisi

Bukan hanya memberikan dampak negatif, eceng gondok juga memiliki sisi positif. Salah satunya yang terkenal adalah membantu menjernihkan air dan menetralisir polutan logam berat dalam air. Di samping itu, eceng gondok juga mengandung zat gizi yang banyak. Eceng gondok mengandung protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, fosfor hingga beragam vitamin. Dengan kandungan nutrisi ini, eceng gondok sebenarnya bisa menjadi bahan pangan yang potensial jika diolah dengan benar. Mengolah eceng gondok memang susah-susah gampang karena tanaman ini juga mengandung senyawa yang berbahaya. Secara alami, eceng gondok mengandung HCN atau asam sianida yang bisa menyebabkan keracunan.  

4. Bisa diolah jadi makanan

Dengan perlakuan khusus, eceng gondok bisa diolah jadi aneka makanan. Prosesnya memang cukup panjang karena untuk mengolah eceng gondok harus melalui proses penjemuran, perendaman hingga perebusan. Tujuannya agar kandungan asam sianida dalam eceng gondok bisa hilang. Di Jawa, olahan eceng gondok bukan lagi makanan yang asing. Biasanya masyarakat mengolah tumbuhan ini dengan cara ditumis. Tak hanya itu, sekarang eceng gondok bahkan bisa dibuat menjadi kerupuk, keripik dan dendeng. Untuk membuat dendeng eceng gondok, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menjemur eceng gondok selama 6 jam di bawah terik matahari. Setelah itu daun eceng gondok bisa dicincang dan direndam. Proses selanjutnya adalah perebusan bersama bumbu dan dicampur bahan lain seperti tepung terigu, sagu. Adonan ini kemudian direbus dan diiris sebelum dijemur hingga kering.  

5. Mengobati berbagai penyakit

Eceng gondok sudah lama diandalkan sebagai obat alami untuk mengobati sakit gigi, gatal pada kulit, obat sakit perut hingga makanan untuk detoksifikasi racun dalam tubuh. Masalah pernafasan atau asma bisa diobati dengan cara menyantap eceng gondok yang sudah dimasak. Untuk mengobati sakit gigi dan bengkak, cukup kumur air hangat yang sudah diberi rebusan eceng gondok. Eceng gondok yang memiliki sifat mendinginkan ini juga berkhasiat meredakan demam pada anak. Caranya dengan membuat kompres dari eceng gondok. Air rebusan eceng gondok juga berkhasiat menjadi pembersih tubuh dari racun sehingga meringankan fungsi kerja hati. Sumber: https://food.detik.com/info-kuliner/d-4902785/5-fakta-eceng-gondok-dianggap-gulma-tapi-enak-dimakan-dan-kaya-nutrisi/ https://greenmed.id/5-fakta-eceng-gondok-dianggap-gulma-tapi-enak-dimakan-dan-kaya-nutrisi/?feed_id=2&_unique_id=62f4768464c31

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Follow MedisHolistik.com untuk rutin mendapatkan update artikel via email >> Follow Sekarang <<