Gara-gara Magic: Mengungkap Fenomena Metafisika Dengan Sains

Magic merupakan seni atau kemampuan dalam mempengaruhi suatu kejadian/kondisi dengan menggunakan kekuatan supranatural. Jangan mengira di jaman modern penyakit gara-gara magic itu sudah tidak ada. Begitu pula jangan mengira bahwa hal-hal yang berbau supranatural di jaman modern sekarang makin jarang.

Saat ini para ilmuwan yang menyelidiki sains magic makin banyak. Dan sebagai bocoran, jumlah ‘orang sakti’ di era modern kini jauh lebih banyak dibandingkan jaman dulu. Kalau di jaman dulu ilmu-ilmu supranatural/magic hanya bisa dipelajari oleh ‘orang dalam’ – tidak bisa diakses oleh masyarakat awam, kini dengan berkembangnya teknologi informasi dan media massa, sains magic dapat diakses oleh semua orang. Terlebih lagi teknologi internet membuat ilmu magic tersebar luas dengan mudahnya. Jadi boleh dikata, di jaman modern ini, kejadian-kejadian supranatural masih banyak dan makin berkembang jumlahnya.

Saya sendiri sering menemui kasus pasien-pasien yang menderita suatu penyakit karena masalah magic. Diantara mereka ada yang menderita tumor, kanker, gagal ginjal, diare dan batuk kronis, dll. Walaupun penyakit yang ditimbulkan oleh magic bisa diatasi secara medis, namun ia akan kembali lagi menyerang dengan penyakit yang baru atau penyakit yang sama tapi lebih ganas. Jadi untuk benar-benar bisa sembuh, penderita harus dibebaskan terlebih dahulu dari masalah magic-nya.

Apa yang saya tulis dalam materi ini bukanlah fiksi atau mitos. Ini adalah kebenaran yang biasa diabaikan oleh kebanyakan masyarakat modern, terlebih para dokter medis konvensional. Untuk membantu Anda terhindar dari kasus-kasus penyakit ‘gara-gara magic’ (atau mungkin sedang mengalaminya), adalah penting untuk memahami sains magic.

Dan jika Anda adalah seorang praktisi kesehatan, memahami sains ini akan membantu Anda menjadi lebih holistik (menyeluruh) dalam menangani kasus-kasus penyakit ‘aneh’. Seorang Master medis holistik tidak hanya tahu tentang sains fisika biasa, tapi juga sains magic.

Kenapa saya sebut sebagai sains adalah karena magic juga hal yang ilmiah dan bisa diteliti oleh kita, namun tentu saja dengan metode non-konvensional. Berikut saya kutip dari buku “Healing Words” karya Larry Dossey, MD – yang memberikan beberapa laporan penelitian tentang magic.

 

OLGA WORRAL: “SAYA TIDAK MAU MENYAKITI MEREKA”

Larry Dossey, mengemukakan bahwa banyak dukun yang menggunakan doa untuk menolong orang lain, terus terang mengakui adanya kekuatan yang dapat digunakan untuk menimbulkan bencana. Diantaranya adalah mendiang Olga Worral, dukun yang amat terkenal.

Beverly Rubik, direktur Center for Frontier Sciences pada Universitas Temple, dan ahli fisika Elizabeth Rauscher, melakukan studi-studi laboratorium terhadap Worral, yang pendekatannya terhadap penyembuhan sangat bersifat spiritual dan berlandaskan doa. Rubik meminta Worral untuk mempengaruhi sebuah suspensi bakteria, dengan menghambat atau memperlambat pertumbuhan bakteri itu atau membunuhnya.

Kemudian perhitungan bakteri dilakukan dan dibandingkan dengan contoh kontrol. Rubik dengan demikian dapat menentukan dengan ketepatan tinggi apakah Worral dapat menimbulkan pengaruh nyata atau tidak terhadap organisme-organisme hidup. Worral dengan keras menentang. “Saya tidak mau menyakiti mereka,” katanya. Saya hanya akan menggunakan kemampuan – kemampuan saya demi kebaikan.”

Untuk menghormati keinginan Worral, Rubik memodifikasi percobaan itu dengan cara yang memungkinkan Worral untuk menggunakan  kekuatan-kekuatannya secara positif. Dua contoh bakteri akan dikenai efek-efek racun sebuah anti bakteri, dan Worral akan “melindungi” contoh yang satu sedangkan contoh yang lain tidak akan dilindungi. Hasil-hasilnya memprlihatkan bahwa bakteria yang “dilindungi” betul-betul bertahan hidup dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada bakteria kontrol, dengan tingkat signifikansi statistik yang tinggi.

 

KASUS PISANG YANG MEMBANTU

Peneliti Bernard Grad, yang melakukan percobaan-percobaan penting terhadap para dukun ternama di Universitas McGill di Canada, menceritakan kisah adanya orang-orang tertentu yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif luar biasa terhadap makhluk hidup.

Sewaktu penelitian tengah berjalan, seorang pria mendengar mengenai percobaan-percobaan dan bersedia untuk diteliti. Ia mengatakan bahwa ia mempunyai kemampuan, dengan menggunakan tangan-tangannya, untuk menimbulkan reaksi luar biasa pada organisme tertentu seperti buah-buahan. Misalnya, pria itu memegang sebuah pisang, dan memusatkan perhatiannya dengan cara tertentu, kemudian pisang itu akan mengering, menjadi hitam, dan mengecil. Pisang itu bukan saja akan kering dan berubah warnanya, pisang itu membusuk. Perubahan-perubahan ini dipercepat, karena hanya beberapa jam, bukan seperti perubahan-perubahan wajar yang berlangsung pada buah-buahan yaitu selama beberapa hari.

Pada salah satu ceramahnya, Grad secara sambil lalu membahas peristiwa aneh ini. Ia menyimpan salah satu pisang yang membantu itu dan dipasangnya pada sebuah rantai kunci. Ia mengambilnya dari sakunya dan menghempaskan kuat-kuat di podium untuk memperlihatkan betapa kerasnya. Larry Dossey memeriksanya setelah ceramah itu dan hampir-hampir tidak mempercayainya: sebuah pisang keras sekali seperti batu dan bentuknya sangat kecil seperti kelereng.

 

HIPNOSIS JARAK JAUH, SANTET, DAN MAGIC HITAM

Dalam sejarah hipnosis banyak sekali ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa setiap orang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang yang berada di tempat jauh tanpa disadari oleh orang yang menjadi sasaran. Dalam beberapa kasus semacam ini, ahli hipnotis tampaknya boleh dikatakan mempermainkan orang yang dihipnotis. Pertimbangkanlah anekdot nyata dari akhir tahun 1800-an.

Pada suatu hari dokter ternama dan ahli hipnotis Charles Richet sedang duduk di ruang makan rumah sakit Beaujon beserta rekannya Landusi. Richet mengatakan bahwa ia dapat menidurkan salah seorang pasiennya dari jarak jauh dan memaksanya untuk datang ke ruang makan ini kalau ia menghendakinya. Setelah 10 menit berlalu, bagaimanapun juga tak ada seorang pun yang muncul. Richet dan Landusi menganggap percobaan itu gagal-tapi beberapa menit kemudian, seseorang muncul di ruang makan itu dan mengatakan bahwa ada seorang pasien yang tertidur ditemukan berjalan-jalan di gang-gang rumah sakit, untuk mencari dokter Richet, yang tak dapat ditemukannya.

Percobaan-percobaan serupa dilakukan kira-kira dalam waktu yang sama di Le Havre, oleh psikiater terkenal Pierre Janet; dan pada tahun 1930-an oleh peneliti-peneliti Rusia yang ternama Vasiliev, Platonov, Bekhterev, Dubrovsky, dan Tomashevsky.

Temuan-temuan ini, banyak diantaranya dilakukan dalam lingkungan-lingkungan laboratorium yang canggih, membuatnya wajar diwujudkan menjadi kenyataan. Temuan-temuan itu dengan tegas menunjukkan bahwa kita mempunyai kemampuan untuk secara radikal mengubah tingkah laku orang lain dari jarak  jauh, di luar kesadaran mereka, dan dapat pula disalahgunakan untuk maksud jahat.

Larry Dossey memendam pertanyaan itu sampai suatu hari ia berada dalam suatu konferensi dan duduk berhadapan di meja makan dengan Professor Michael Harner, antropolog ternama dan pakar perdukunan. Larry merasa mempunyai peluang untuk menanyakan masalah itu pada seorang pakar sejati. Harner telah bertahun-tahun melakukan kerja lapangan dengan mempelajari orang-orang Indian Jivaro, yang hidup dekat hulu sungai Amazon. Selama kunjungannya itu, ia mempelajari bahasa mereka, memasuki kebudayaan mereka, dan menjadi amat memahami berbagai macam segi kehidupan orang Jivaro sehari-hari.

“Dr. Harner, pernahkah Anda berjumpa dengan para dukun yang dapat menyantet seseorang dari jarak jauh tanpa sepengetahuan korbannya?” tanya Larry.

“Dalam kebudayaan Jivaro, santet jarak jauh itu biasa,” kata Harner tanpa ragu-ragu. “Banyak dukun yang saya pelajari di Amazon mengatakan amat mahir melakukan hal itu. Saya tidak mempunyai alasan untuk menyangsikan mereka.”

“Mengapakah mereka menyantet orang dari jauh?” tanya Larry. “Mengapa tidak berhadapan muka seperti dalam voodoo?”

“Penalaran mereka sederhana,” jawab Harner. “Apabila korbannya tidak menyadari bahwa ia disantet, ia tidak akan mengambil langkah-langkah untuk membalas santet itu atau untuk membalas dendam pada dukun atau berusaha untuk betul-betul membunuhnya. Sebagai langkah pengaman tambahan, dukun-dukun Jivaro itu melakukan santet jarak jauhnya secara berkelompok dua atau tiga orang, jadi tidak sendirian. Apabila korbannya mencoba untuk balas dendam, ada pengaman karena menang jumlah. Santet jarak jauh itu sungguh-sungguh merupakan sebuah langkah pengamanan.

Kalweit mengutip suatu contoh menarik bagaimana kemarahan dan pikiran negatif dapat lepas kendali dan merugikan seseorang yang tak bersalah dari jarak jauh:

Jhon Quinn dari suku Tenino di Oregon dituduh oleh saudara-saudara sesukunya melakukan tiga pembunuhan. Sempat terbesit, Quinn berpikiran jahat melawan satu di antara pria-pria yang menuduhnya itu. “Roh pendamping”-nya langsung mengartikan pikirannya ini sebagai perintah untuk membunuh orang tersebut. Roh itu langsung lari dengan kecepatan penuh untuk melaksanakan hastratnya ini, tetapi menabrak gadis muda tak bersalah yang kebetulan melewati pintunya. Quinn tidak menyadari akan hal ini. Sebelum dia atau dukun lainnya dapat menolong gadis itu, gadis itu telah meninggal.

Dalam sebuah contoh lain, seorang pria yang mempunyai kekuatan shaman menggunakan kekuatan itu untuk membalas dendam: Billy, seorang gembala Australia dekat Kijuliji Station, mempunyai kemampuan luar biasa untuk  memusatkan pikiran-pikirannya. Ia tidak diizinkan makan bersama-sama dengan orang-orang kulit putih di kamar makan. Ia harus makan di ruang tersendiri. Ketika ia bangun kesiangan pada suatu pagi, majikan kulit putihnya melemparkan makanannya ke tumpukan sampah.

Billy berjalan diam-diam kembali ke gubuknya, tetapi kemudian ia memikirkan (memvisualisasikan) “maulwa”-nya, atau talinya, agar keluar dari tubuhnya dan mengikatnya menjadi semacam jaring. Selanjutnya ia melepaskan “topeng penolong”-nya, lalu ada kilat yang menghantam rumah itu dan membakarnya. Ketika juru masak mencoba untuk memadamkan tungku masak dengan air, Billy mengubah air itu menjadi minyak tanah, yang membuat api semakin berkobar.

Dapatkah kita mengkaji peristiwa-peristiwa ini di laboratorium? Antropolog Joan Halifax meragukannya. Ia berkata, “Sekalipun keadaan-keadaan persantetan ini tampaknya luar biasa, … peristiwa-peristiwa itu pantas diteliti secara sistematis di lapangan … amatlah mustahil, bahkan tidak masuk akal, untuk mencoba mengulangi pengalaman-pengalaman semacam itu di laboratorium.”

Satu kesulitan untuk mempelajari gejala-gejala ini di laboratorium adalah bahwa seandainya santet itu memang manjur, subjek-subjek santet barangkali bisa meninggal dunia.

Alam-tak-sadar (atau alam bawah sadar) manusia sangat mudah diberi saran, sekalipun apabila saran itu tidak masuk akal dan jahat. Kerawanan ini memungkinkan “pengaruh maut” itu masuk ke dalam alam-tak-sadar, dan menyebabkan matinya sang korban santet.

Titik lemah dalam lapisan alam-tak-sadar yang memungkinkan masuknya pengaruh fatal itu biasanya adalah rasa bersalah. Long menekankan peran kunci meditasi untuk tujuan membunuh melalui ‘doa hitam’: “Rasa bersalah merupakan rahasia dan hal yang paling penting yang diketahui oleh para kahunas, tetapi hanya sedikit diketahui dan sama sekali disalahtafsirkan oleh para ahli agama (agamawan) diseluruh dunia.” Seseorang yang diliputi oleh rasa bersalah yang sangat dalam karena dosa sebenarnya atau khayalan, dapat diserang oleh roh yang berniat menghukum atau membunuhnya. Alam-tak-sadar itu, karena yakin akan ketidaklayakannya, dengan patuh akan menerima serangan itu karena ia merasa memang layak dihukum.

 

SEMUA ORANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN PENYEMBUHAN SPIRITUAL DAN BUKAN SEKEDAR SUGESTIF

Kekuatan penyembuhan spiritual/supranatural itu diyakini hanya dimiliki oleh orang-orang yang aneh atau berbeda. Orang yang tidak merasa senang dengan penyembuhan semacam ini barangkali menghubungkannya dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh para cenayang, dukun, perantara, orang sinting, orang-orang eksentrik, atau orang-orang yang gila karena agama. Mereka mungkin menyangkal bahwa orang-orang biasa, termasuk diri mereka sendiri, memiliki anugerah ini. Ini membuat mereka meremehkan studi-studi ilmiah yang memperlihatkan bahwa orang biasa pun memiliki kemampuan menyembuhkan sejak lahir.

Daniel J. Benor, M.D., seorang psikiater yang bekerja di Inggris, telah mensurvai semua kajian penyembuhan supranatural yang diterbitkannya dalam bahasa Inggris sebelum tahun 1990. Ia merumuskan ‘penyembuhan spiritual’ sebagai “pengaruh sengaja dari satu orang atau lebih terhadap sistim kehidupan lain tanpa menggunakan sarana fisik yang diketahui untuk melakukan intervensi.” Penelitiannya menghasilkan 131 studi, sebagian besar menyangkut makhluk bukan manusia. Pada 56 studi ini, terdapat peluang kurang dari satu berbanding seratus bahwa hasil-hasil positif tersebut hanya disebabkan oleh kebetulan. Pada 21 studi lainnya, kemungkinan terjadinya secara kebetulan adalah antara dua dan lima berbanding seratus.

Disini dipilih beberapa kutipan studi-studi di antara 56 kajian yang memberikan hasil-hasill signifikan. Semoga contoh-contoh tersebut akan memberi gambaran tentang ciri penelitian yang dilakukan di bidang ini.

 

Pengaruh-pengaruh Terhadap Jamur, Ragi, dan Bakteri-bakteri

Sejumlah studi telah meneliti pengaruh penyembuhan terhadap cendawan, ragi atau bakteri. Berikut adalah beberapa hasilnya.

  • 10 peserta mencoba untuk menghalangi pertumbuhan biakan cendawan di laboratorium melalui niat sadar dengan memusatkan pikiran pada biakan-biakan cendawan itu selama 15 menit dari jarak kurang lebih 1,5 yard. Biakan-biakan itu kemudian diinkubasi selama beberapa jam lagi. Dari jumlah 194 piring biakan, 151 memperlihatkan pertumbuhan.
  • Dalam suatu pengulangan studi ini, satu kelompok peserta memperlihatkan pengaruh yang sama (menghambat pertumbuhan cendawan) pada 16 dari 16  percobaan, walaupun terpisah antara 1 hingga 15 mil jauhnya dari biakan-biakan cendawan itu.
  • 60 peserta yang diketahui tidak memiliki kemampuan cenayang, merangsang secara berarti pertumbuhan biakan-biakan bakteri.
  • Dalam sebuah percobaan yang sama, dua orang penyembuh memegang sebuah botol air di tangan mereka selama 30 menit. Contoh-contoh air tersebut kemudian ditambahkan pada larutan sel-sel ragi di dalam tabung-tabung percobaan. Setelah inkubasi, jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh biakan-biakan ragi itu diukur, untuk menunjukkan tingkat kegiatan metabolismenya. Peningkatan-peningkatan yang secara statistis signifikan pada produksi karbondioksida telah diamati pada biakan-biakan ragi yang diberi air yang telah “mendapat perlakuan” tersebut dalam 4 dari 5 pengujian.
  • 60 sukarelawan universitas yang diketahui tidak memiliki kemampuan cenayang diminta untuk mengubah kemampuan genetis sejenis bakteri Escherichia coli, yang biasa bermutasi dari ketidakmampuan untuk melakukan metabolisme laktosa gula (laktosa negatif) menjadi mampu melakukannya (laktosa positif) dengan kecepatan yang diketahui. Para peserta itu berusaha mempengaruhi 9 tabung percobaan yang berisi biakan-biakan  bakteri – 3 mutasinya meningkat dari laktosa negatif ke laktosa positif, negatif ke laktosa positif dan 3 tabung mutasinya menurun dari laktosa negatif ke laktosa positif, dan 3 tabung tidak dipengaruhi sebagai kontrol. Hasil-hasilnya memperhatikan bahwa bakteri-bakteri itu betul-betul bermutasi ke arah yang dikehendaki oleh para peserta tersebut.

Dari beberapa hasil studi di atas, bisa disimpulkan bahwa:

  1. Percobaan-percobaan ini mendukung pertanyaan umum para penyembuh bahwa penyembuhan spiritual bekerja sama ampuhnya baik jauh maupun dekat.
  2. Berdasarkan studi-studi ini, tampaknya orang biasa mempunyai kemampuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan biologis pada organisme-organisme hidup lainnya. Ini menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan-kemampuan bawaan untuk menyembuhkan, sekurang-kurangnya sampai tahap tertentu.
  3. Pengaruh-pengaruh negatif (memperlambat pertumbuhan) maupun pengaruh-pengaruh positif (mempercepat pertumbuhan) diamati dalam percobaan-percobaan di atas itu. Ini menampakkan kemungkinan adanya sisi gelap penyembuhan, yang bisa ditimbulkan atas kehendak peserta sendiri.
  4. Sekalipun kaum skeptis sering kali mengecam penyembuhan spiritual hanya karena pengaruh respon sugesti atau tanggapan placebo, percobaan-percobaan di atas memperlihatkan bahwa hal ini  tidak mungkin benar.

 

Pengaruh-pengaruh Terhadap Sel-sel

Sel-sel kanker biasanya melekat pada permukaan wadah di mana mereka dibiakkan. Perubahan-perubahan dalam metabolisme mereka, luka, atau mati membuat mereka melepaskan diri dan mengelupas ke medium di sekitarnya. Para peneliti dapat menghitung jumlah sel-sel dalam medium itu dan dengan demikiam menilai keseluruhan keadaan kesehatan biakan sel itu.

Cenayang Inggris Matthew Manning mendekatkan tangannya pada botol-botol yang berisi sel-sel kanker dan berusaha untuk menghambat pertumbuhan mereka. Ia sanggup menimbulkan perubahan-perubahan dari 200 persen hingga 1200 persen terhadap sifat-sifat pertumbuhan mereka bila sel-sel itu diperiksa sebagaimana dilukiskan di atas. Ia mempengaruhi sel-sel itu bahkan saat ia ditempatkan di ruang yang jauh dan terlindung dari pengaruh-pengaruh listrik.

Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa kemampuan supranatural Manning bukanlah sugestif atau placebo, karena sel-sel kanker yang dihambat olehnya adalah sel-sel dalam wadah biakan laboratorium, bukan sel-sel yang ada dalam tubuh seorang penderita kanker.

 

Pengaruh pada Tumbuhan

Dalam serangkaian percobaan yang terkenal, Dr. Bernard Grad dari Universitas McGill mempelajari cenayang Oskar Estebany, yang mengatakan ia dapat mengirimkan penyembuhannya melalui kertas, air, dan bahan-bahan lainnya. Grad merusakkan benih-benih gandum dengan merendamnya ke dalam larutan garam satu persen, perlakuan ini memperlambat laju pertumbuhan alamiah mereka. Ia menemukan bahwa pengaruh garam yang merusak itu dapat dicegah apabila Estebany memegang wadah larutan garam itu selama 15 menit.

Sebagaimana dicatat oleh Benor, “Pemberian penyembuhan melalui bahan-bahan sekunder (di sini wadah garam) yang tampaknya membawakan pengaruh penyembuhan itu telah dilaporkan sejak masa Alkitab. Agaknya … barangkali ada benarnya pernyataan-pernyataan itu.” Tetapi apabila penyembuhan spiritual itu mungkin, sebagaimana dinyatakan oleh banyak percobaan ini, mengapakah dukun atau penyembuh itu tidak langsung menghadapi orangnya? Mengapa menggunakan bahan-bahan sekunder sebagai “perantara?” Barangkali alasannya ada kaitannya dengan kepribadian sang penyembuh. Psikolog LeShan telah menunjukkan bahwa dukun tertentu tidak merasa enak untuk “menjadi satu” dengan orang yang disembuhkan.  Menggunakan bahan sekunder seperti air, barangkali memungkinkan para dukun itu menjaga jarak pada proses penyembuhan tersebut.

 

Pengaruh Penyembuhan atas Binatang

Banyak studi telah dilakukan untuk memastikan pengaruh-pengaruh metode penyembuhan terhadap binatang. Beberapa hasilnya diperinci di bawah ini.

  • Dalam suatu studi klasik yang sering dikutip, Dr. Bernard Grad mempelajari kemampuan Estebany untuk menyembuhkan luka operasi yang sengaja dibuat pada 48 tikus, dibandingkan dengan sebuah kelompok kontrol yang dilukai dengan cara yang sama (luka itu dibuat dengan membuang sepotong kulit pada punggung mereka selebar ½ inci kali 1 inci setelah diberi pembiusan). Estebany memegang sangkar-sangkar kelompok percobaan itu selama 15 menit dua kali sehari selama 14 hari. Kelompok ini sembuh secara signifikan lebih cepat daripada tikus-tikus yang dilukai tapi sangkarnya tidak dipegang oleh Estebany. Studi yang seksama ini sekali lagi mengatakan kepada kita bahwa penyembuhan tersebut bukan disebabkan oleh sugesti atau placebo.
  • Dalam percobaan lain, Grad menimbulkan gondok pada tikus dengan memberi beberapa tikus makanan yang tidak mengandung yodium. Selain itu juga diberikan obat thiourasil, zat yang menimbulkan gondok. Estebany memegang sangkar-sangkar kelompok tikus selama 15 menit dua kali sehari. Tindakan ini tampaknya melindungi kelenjar tiroid tikus-tikus tersebut sehingga tidak membesar. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelenjar-kelenjar kelompok perlakuan tumbuh lebih lambat secara menyolok daripada kelompok-kelompok kontrol.
  • Dalam percobaan berikutnya, Grad menguji pernyataan Estebany bahwa pengaruh penyembuhan dapat dikirimkan melalui bahan-bahan sekunder. Dalam sebuah percobaan mirip dengan yang di atas, Estebany memegang wol atau kapas di tangannya, kemudian wol atau kapas itu diletakkan di sangkar-sangkar tikus tersebut  selama 1 jam, pada pagi dan petang hari, enam hari dalam seminggu. Kelenjar-kelenjar gondok tikus-tikus yang menerima perlakuan ini tumbuh lebih lambat secara signifikan daripada kelompok kontrol; dan bila tikus-tikus  itu dikembalikan pada makanan yang mengandung yodium, kelenjar-kelenjar tiroid mereka kembali keukuran wajar dengan lebih cepat daripada kelompok kontrol.
  • Dalam 21 buah percobaan yang dilakukan selama periode beberapa tahun, para penyembuh mencoba untuk membangunkan tikus-tikus dengan lebih cepat dari bius total mereka. Percobaan-percobaan ini semakin diperhalus. Dalam salah satu variasi hanya gambar tikus dalam percobaan itu yang diproyeksikan pada sebuah monitor televisi kepada si penyembuh di sebuah ruangan yang jauh, sementara ia mencoba untuk mempengaruhi melalui hasil-hasil yang sangat signifikan: tikus-tikus yang “mendapat perlakuan” itu bangun labih cepat dari anestesinya. Para peneliti mampu mengidentifikasi “pengaruh  yang masih melekat” secara istimewa dalam rangkaian studi ini. Mereka menemukan bahwa apabila satu sisi meja digunakan para penyembuh untuk membangkitkan tikus-tikus mereka, dan bahwa apabila para penyembuh itu kemudian disuruh pergi dan lebih banyak tikus yang dianestesi segera ditaruh di sisi meja itu, tikus-tikus itu bangun lebih cepat daripada tikus-tikus kontrol yang diletakkan pada sisi lain meja itu.
  • Dalam percobaan lain, sekelompok tikus disuntik entah dengan sejenis organisme malaria atau dengan larutan garam steril. Para pemegang tikus-tikus itu (yang diketahui tidak memiliki kemampuan penyembuhan) diberitahu bahwa suntikan tersebut berisi entah mikroorganisme “dosis tinggi” atau “dosis rendah.” Mereka juga diberitahu bahwa ada seorang penyembuh yang akan mencoba menyembuhkan beberapa tikus tertentu sedangkan yang lainnya tidak. Sebetulnya para pemegang itu dibohongi: tidak ada dosis tinggi atau dosis rendah (suntikan-suntikan malaria itu sama); dan tidak ada dukun yang diberi tugas. Dalam salah satu tahap percobaan tersebut, hasil-hasilnya cenderung ke arah harapan-harapan para pemegang tadi: tikus-tikus yang diyakini mendapat suntikan-suntikan dosis tinggi memburuk, dan tikus-tikus yang diyakini memperoleh dosis rendah membaik. Selain itu tikus-tikus yang diberi kode akan disembuhkan memang menjadi lebih baik daripada tikus-tikus yang tidak dirancang untuk tidak disembuhkan. Seharusnya tidak boleh ada perbedaan antara kelompok dosis tinggi dengan kelompok dosis rendah, sebab tidak ada perbedaan kekuatan suntikan-suntikan itu; dan seharusnya tidak boleh ada perbedaan antara kelompok yang disembuhkan dengan kelompok yang tidak disembuhkan, sebab tidak ada penyembuh. Ini membuktikan bahwa keyakinan para pemegang memiliki dampak signifikan terhadap tikus-tikus ini.

 

UNTUK BISA MELAKUKAN MAGIC TIDAK HARUS PERLU BANTUAN MAKHLUK SPIRITUAL

Seperti terlihat dari studi-studi yang dilakukan oleh beberapa ahli di atas, dimana pesertanya ada yang bukan cenayang, bisa kita ketahui bahwa penyembuhan supranatural bisa terjadi tanpa bantuan makhluk gaib. Jadi disini tidak ada makhluk gaib atau bahkan Tuhan yang SECARA LANGSUNG turut campur dalam penyembuhan supanatural. Penyembuhan seperti ini dinamakan dengan ‘faith healing’ atau penyembuhan dengan iman.

 

MEMPRAKTEKKAN MAGIC – DOSA ATAU TIDAK?

Jangan beranggapan bahwa hal-hal yang berbau magic sudah PASTI adalah sesat dan jahat. Magic itu sendiri bersifat netral. Dia bisa menjadi merugikan/membawa bencana jika pengguna atau sumbernya adalah jahat dan magic seperti ini disebut dengan magic hitam. Dan dia akan membawa kebaikan jika pengguna atau sumbernya adalah baik, atau biasa disebut dengan magic putih. Ingat, Tuhan, para malaikat, dan para nabi juga melakukan magic lho.

Mempraktekkan magic atau hal-hal supranatural tidak akan berdosa sejauh Anda menggunakannya untuk kebaikan dan tidak bersumber dari ‘Yang Jahat’ (roh jahat, setan, iblis, dan mahluk kegelapan lainnya).

Mungkin Anda pernah melihat atau mendengar, para kaum rohaniawan yang mendoakan orang yang sakit, dan orang yang didoakan tersebut perlahan-lahan sembuh. Kesembuhan yang tidak spontan, menandakan bahwa kesembuhan terjadi oleh karena adanya iman, bukan karena faktor turut campur LANGSUNG dari makhluk lain atau Tuhan.  Kesembuhan seperti ini boleh dikata juga karena atas PERIJINAN Tuhan. Jika Tuhan turut campur LANGSUNG, maka kesembuhan akan terjadi secara spontan (langsung sembuh total saat itu juga). Jadi, dengan cara berdoa, para rohaniawan ini telah mempraktekkan magic.

Perlu diingat juga, bahwa kondisi pikiran dan hati Anda juga memancarkan semacam energi ‘gaib’ dimana radiasinya akan mempengaruhi kesehatan Anda, orang-orang, dan makhluk lain di sekitar Anda. Jadi secara tidak sadar Anda juga telah mempraktekkan magic.

 

PENELITIAN MAGIC TIDAK BANYAK DIKENAL DAN BISA BERUBAH

Mengapakah informasi ini relatif tidak dikenal? Majalah-majalah kedokteran lazimnya menolak, sampai akhir-akhir ini, untuk menerbitkan studi-studi mengenai penyembuhan. Salah satu alasan Benor melakukan tinjauan luas ini ialah untuk mengumpulkan rangkaian penelitian ini menjadi satu buku agar lebih mudah disurvei oleh masyarakat medis.

Temuan-temuan serupa telah dilihat pula pada studi-studi bertutup mata ganda yang dilakukan terhadap manusia. Nampaknya studi-studi bertutup mata ganda terkadang dapat dibelokkan ke arah yang sesuai dengan pikiran serta sikap para penelitinya. Barangkali ini menjelaskan mengapa para peneliti yang skeptis tampaknya tak sanggup mengulang temuan-temuan peneliti yang percaya, dan mengapa “mereka yang percaya sungguh-sungguh” tampaknya lebih mampu membawakan hasil-hasil positif. Keabsahan temuan-temuan percobaan berpuluh-puluh tahun dalam penelitian medis harus dinilai kembali apabila terbukti bahwa pikiran dapat “mengubah data-data ke arah berlawanan.”

Kita harus mempertimbangkan sifat “tak-dapat-diramalkan itu” dalam konteks. Sains menerima banyak fenomena yang sudah menjadi sifatnya tak dapat diramalkan, mulai dari elektron hingga gempa bumi. Kenyataan bahwa saat ini sedang terjadi hujan salju di luar rumah dan bahwa kantor meteorologi tidak meramalkanya, bukanlah berarti bahwa hujan salju itu sekarang tidak terjadi. Demikian juga kenyataan bahwa para penyembuh tidak sanggup bekerja secara teramalkan atau berdasarkan permintaan tidaklah berarti bahwa mereka tak sanggup menyembuhkan. Apa yang menyebabkan sifat tak-dapat-diramalkan tersebut? “Dugaan saya,” kata Benor, “ialah bahwa faktor-faktor yang  berubah-ubah seperti kebosanan, keyakinan dan kebutuhan para peserta membentuk hasil-hasilnya menjadi pola-pola yang teramati tersebut, ditambah dengan berbagai macam faktor luar.”

Referensi: "Healing Words". Oleh Larry Dossey, MD. 1993

Healindonesia, Dt. Awan (Andreas Hermawan), 04 Mei 2012

 

PS: Ingin belajar lebih lagi tentang sains medis holistik? Silahkan Anda download ebooknya gratis DI SINI.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Follow MedisHolistik.com untuk rutin mendapatkan update artikel via email >> Follow Sekarang <<