Suplemen, Harapan Pasien Pengganti Obat Kimia & Operasi



Siapa bilang suplemen tidak bisa menyembuhkan?!

Kalau dengar kata suplemen, dalam benak pikiran banyak orang adalah vitamin atau nutrisi pelengkap dan tidak ada hubungannya untuk menyembuhkan penyakit.

Banyak orang awam bahkan praktisi medis tidak menyadari bahwa suplemen bisa dipakai untuk menyembuhkan penyakit dengan tingkat kemanjuran lebih besar daripada obat kimia dan operasi. Bahkan untuk beberapa kasus, hasilnya bisa lebih cepat terlihat.

Para praktisi holistik modern walaupun tidak mengandalkan obat-obatan kimia, tapi kami juga punya media penyembuh lainnya yang praktis yaitu suplemen. Ya benar, suplemen itu bisa dipakai untuk menyembuhkan, bukan sekedar sebagai makanan pelengkap atau sekedar menjaga tubuh supaya tetap sehat belaka.

Dan jika mempertimbangkan masalah kelestarian lingkungan hidup serta masa depan anak cucu kita, ini adalah era dimana kita harus mengurangi 90-99% obat kimia di dunia.

Lho kenapa? Apa yang salah dengan obat kimia?
 

Efek Obat Kimia Bagi Lingkungan

Seperti yang Anda tahu bahwa obat kimia itu tidak ramah lingkungan. Coba renungkan apa yang akan terjadi jika lebih dari 250 juta penduduk Indonesia mengonsumsi obatan-obatan kimia dan kemudian membuangnya ke air dan tanah sekitar. Itu sama saja meracuni lingkungan, diri sendiri, dan anak cucu kita! Harus ada yang sadar dan peduli dengan “ancaman bahaya” ini.

Itulah sebabnya saya berkata: ini adalah era dimana kita harus mengurangi 90-99% obat kimia di dunia.

Mari kita lihat contoh artikel apa yang terjadi dengan ekosistem ketika banyak obat kimia dibuang di air dan tanah.

PRODUKSI IKAN DI GARUT TURUN AKIBAT OBAT KIMIA
Selain maraknya serangan hama tikus akibat pengubahfungsian lahan sawah dan tak seragamnya pola tanam padi, sejumlah petani ikan di Desa Simpangsari dan Pakuwon Kec. Cisurupan, Kab. Garut juga mengeluhkan menurunnya produksi pembesaran maupun pembenihan ikan dalam beberapa tahun terakhir. Terutama sejak banyak lahan persawahan diubahfungsikan menjadi lahan pertanian palawija atau sayuran.

Para petani ikan menduga, menurunnya produksi ikan itu karena adanya penurunan kualitas air akibat tercemar pupuk dan obat-obatan kimia yang dipergunakan petani yang sudah berlebihan. Ditambah pencemaran belerang dari kawah Gunung Papandayan yang terbawa aliran sungai sejak gunung tersebut meletus pada 2002.

Menurut mantan Kepala Desa Simpangsari, H. Uju, Kamis (11/5), sejak lama daerah Simpangsari dan sekitarnya terkenal sebagai sentra perikanan, terutama mina padi. Artinya, sambil menunggu bibit tanaman padi tumbuh dewasa, petani bisa sekaligus menanam ikan pada lahan sawahnya. Dengan pola tersebut, petani bisa memperoleh keuntungan panen padi dan ikan.
Beberapa tahun lamanya, petani di sana bisa menikmati ikan-ikan yang dibudidayakan dengan pola mina padi itu berukuran besar-besar dan sehat. Hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan, benih ikan mas yang tadinya berukuran sebesar jari, bisa tumbuh sebesar telapak tangan orang dewasa.
 

Tingkat Kematian

Tetapi, tutur Uju, sejak banyak penduduk menggadaikan atau menyewakan lahan sawah miliknya untuk dijadikan lahan perkebunan palawija atau sayuran, pertumbuhan ikan mina padi tersebut sangat lamban. Tingkat kematian ikan juga cukup tinggi karena mudah terkena penyakit. Belum lagi hama tikus yang malah kian marak bila sawah digunakan untuk mina padi.

“Pembenihan ikan yang biasanya menghasilkan 10 kg dengan ukuran sedang dari satu ekor induk ikan mas, sekarang paling-paling hanya 4 kg. Seringkali hanya 1 kg,” keluh Uju.

Uju menduga, kondisi seperti itu terjadi terkait kualitas air sudah menurun karena tercemar pupuk dan obat-obatan kimia dari lahan palawija dan sayuran. Hal ini diperparah dengan pencemaran zat beracun, seperti belerang dari kawah Gunung Papandayan yang terbawa aliran Sungai Ciparugpug. Selain Desa Simpangsari, desa lainnya yang terlintasi aliran Sungai Ciparugpug antara lain Desa Pakuwon, Pangauban, dan Cipaganti.
 

Mati Mendadak

Hal senada dikemukakan Asep Jamjam (26), warga Kp. Rancabolang Simpangsari disertai Ketua BPD Pakuwon Komarudin. Menurut Asep, pencemaran air terlihat, terutama di saat hujan turun. Saat itu, banyak ikan mati mendadak atau menjadi borok-borok tak lama kemudian.

Petugas Puskesmas Simpangsari, H. Ade Suryana mengakui kemungkinan penurunan kualitas air di Desa Simpangsari maupun Pakuwon dan sekitarnya akibat pencemaran pupuk dan obat-obatan kimia sudah parah. 

 

Artikel di atas adalah salah satu contoh akibat penggunaan teknologi yang “melewati batas”. Begitu juga dengan standarisasi medis konvensional yang mengandalkan obat-obatan kimia, keduanya jika tidak memakai prinsip holistik akan merusak tubuh pasien dan juga mencemari lingkungan.
 

Antara Suplemen Natural dan Suplemen Sintetis

Anda perlu tahu bahwa suplemen itu ada dua jenis yaitu natural dan sintetis. Suplemen natural adalah hasil ekstraksi langsung dari sumber makanan yang mengandung unsur-unsur zat alami, seperti jaringan tubuh hewan, tumbuh-tumbuhan, madu, tanah liat, dan garam. Sedangkan yang sintetis umumnya merupakan rekayasa kimiawi dalam laboratorium.

Dalam praktek pengobatan, saya menyarankan Anda untuk memilih suplemen natural karena suplemen jenis ini mudah diserap oleh tubuh dan tidak perlu banyak enzim untuk mencernanya. Dalam banyak kasus, suplemen natural jauh lebih efektif dan menyembuhkan dibandingkan sintetis.
 

Miliki Suplemen Super

Banyak orang termasuk praktisi medis sering menyangka bahwa khasiat suplemen masih kalah jauh dibandingkan obat kimia dan operasi. Oleh karena itulah daripada langsung memberikan suplemen, mereka akan mendahulukan mengonsumsi obat kimia dan operasi terlebih dahulu ketika sakit, baik kasus ringan maupun kritis. Suplemen dianggap sekedar sebagai “pelengkap”, bukan sebagai “resep utama” penyembuhan.

Namun masyarakat awam dan praktisi medis perlu mengetahui bahwa ada juga “suplemen super” yang tidak hanya sebagai pelengkap nutrisi/mencegah penyakit saja, tapi juga bisa berfungsi sebagai obat utama untuk menyembuhkan penyakit ringan maupun kritis. Bahkan jauh lebih efektif dibandingkan obat kimia dan operasi. Untuk lebih jelasnya, saya ajak Anda untuk menyimak artikel Trubus tentang 2 suplemen super yang berkhasiat sembuhkan diabetes, yaitu penyakit degeneratif yang dikalangan medis konvensional merupakan penyakit yang tak tersembuhkan.

KHASIAT TERIPANG DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT DIABETES
Tiket pesawat ke Jakarta sudah di tangan drg. Suyatno Sutopo. Menjelang berangkat, tiba-tiba napasnya terengah-engah. Dokter gigi itu bersandar lemah di tepi tempat tidur. Ini serangan jantung, harus segera dibawa ke rumah sakit, tutur Sutandyo, kakak ipar Suyatno, yang juga dokter.

Dini hari itu Sutandyo bergegas membawa drg. Suyatno ke Semarang. Sepanjang perjalanan Suyatno sulit bernapas. Dokter yang memeriksanya mendiagnosis Suyatno menderita infark. Infark adalah matinya otot jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang memasok darah ke otot jantung. Selain memvonis infark, dokter juga menemukan kadar gula darah yang tinggi: 400 mg/dl, kadar normal, 90-120 mg/dl.

Penyakit yang disebut pertama, akhirnya sembuh setelah Suyatno dirawat selama 10 hari. Sayang, kadar gula yang menjulang itu tak kunjung turun. la positif mengidap diabetes mellitus. Itulah sebabnya ia mengonsumsi obat penurun kadar gula darah seperti glibenklamide, amaryl, dan lactibet. Namun, kadar gula darahnya tak kunjung normal. Malahan kondisi kesehatan tubuh Topo -panggilan akrab Suyatno- kerap anjlok.

Suyatno kerap letih dan mudah haus. Padahal, aktifitas sebagai dokter praktek dan dosen di sebuah universitas swasta sangat padat. Alhasil Topo pun kerap absen mengajar dan berpraktek. Meski disiplin mengkonsumsi obat, tetapi kadar gula darahnya tetap tinggi. Oleh karena itu alumnus Fakultas Kedoktcran Gigi Universitas Trisakti itu memutuskan berhenti bekerja sebagai dosen. Dengan istirahat cukup ia berrharap cepat sembuh.

Harapan itu sulit terwujud. la justru berkali-kali menginap di rumah sakit akibat kadar gula yang melambung. Pada Februari 2006, misalnya, ia muntah-muntah akibat kekurangan kalium sehingga kadar gula darahnya melonjak. Itu akibat produksi insulin diabetesi -penderita diabetes mellitus- amat rendah. Kalium bermanfaat meningkatkan kepekaan insulin, sehingga proses pengurasan gula dalam darah berlangsung efektif.

Tujuh tahun sudah penyakit kencing manis itu tak kunjung sembuh, meski ditangani serius. Pada Mei 2008, Suyatno mendapat informasi khasiat teripang. Sejak itulah pria kelahiran 14 Oktober 1936 itu rutin mengkonsumsi ekstrak teripang. Dosisnya 2 sendok makan 3 kali sehari. Ekstrak teripang ia konsumsi sejam setelah obat dokter. Namun, 2 bulan berselang gula darah puasanya justru anjok : 80 mg/dl; kadar normal : 126 mg/dl.

Suyatno kemudian bereksperimen hanya mengkonsumsi ekstrak teripang, obat doktcr dikesampingkan. Dosisnya tetap 2 sdm 3 kali sehari. Dua bulan kemudian ayah empat anak itu memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, kadar gula darahnya normal: sebelum makan 113-115 mg/dl dan setelah makan 125-137 mg/dl.

Sumber: Majalah Trubus 468, Edisi November 2008
 

PROPOLIS GAGALKAN AMPUTASI

Mengunjungi kerabat dekat pada pertengahan 2006 berakibat fatal bagi Yatinah. Dengan kadar gula darah 423 mg/dl kakinya tak merasakan kap mesin angkutan kota yang panas. Sesampai di rumah punggung kaki melepuh.

Luka melepuh itu kemudian membengkak berisi cairan. Karena bengkak kian membesar, perempuan berusia 61 tahun itu lantas dibawa ke rumah sakit di Bekasi. Dokter menyayat dan mengeluarkan cairan lalu menjahitnya. Luka sayatan itulah awal derita. Penyakit gula membuat luka tak kunjung menutup. Dalam 3 bulan, luka itu semakin lebar dan dalam.

Meski setiap hari dicuci dengan air hangat dan dikompres, luka tak juga mengecil. Di bulan kelima, lukanya malah mulai bernanah dan mengeluarkan bau tak sedap. Puncaknya pada awal 2007 luka tembus sampai telapak kaki dan menjadi gangren. Ia pun tak lagi mampu berdiri, apalagi berjalan. Mobilitas perempuan 9 anak itu bergantung pada kursi roda.

Yatinah kerap bolak-balik ke klinik dan rumah sakit untuk memeriksakan lukanya. Perempuan yang hidupnya hanya mengandalkan warung makanan kecil di depan rumah itu mesti merogoh kocek Rp 250.000 – Rp 500.000 setiap periksa. Meski demikian, gangren terus menjalar sampai kulit di sekitarnya lebam menghitam. Maret 2007, lebam kehitaman itu menjalar mendekati pergelangan kaki. “Jika sudah sampai pergelangan kaki harus diamputasi”, kata Yatinah menirukan ucapan dokter. Ia pun hanya bisa pasrah sambil terus mengonsumsi obat dari dokter.

Pada April 2007, seorang tetangga datang berkunjung dan menyarankan mengonsumsi propolis. Yatinah menurut walau ragu. “Dokter di klinik dan rumah sakit dengan obat buatan pabrik terkenal saja tidak bisa menyembuhkan, apalagi suplemen biasa”, katanya. Selama 3 hari ia mengonsumsi propolis pada pagi, siang, dan malam sebelum tidur. Menurut Yatinah, konsumsi awal rendah itu untuk memberi kesempatan tubuh beradaptasi.

Setelah 3 hari konsumsi, Yatinah merasakan tidak ada reaksi penolakan dari tubuh dan baunya berkurang. Saat itulah ia merasakan lukanya berdenyut, pertanda saraf perasa kembali aktif. Konsumsi pun ditingkatkan dengan frekuensi tetap. Dua minggu mengonsumsi, nanah berhenti keluar. Bau tidak sedap pun tidak lagi tercium. Luka di telapak mulai mengering, sedangkan luka di punggung kaki menyempit. Lebam kehitaman di sekitar luka memudar.

Saat itu konsumsi propolis masih dibarengi obat kimia. Setelah obat dokter habis, Yatinah melanjutkan pengobatan hanya dengan propolis. Sebulan setelah konsumsi, giliran luka di punggung kaki mengering bersamaan menutupnya luka di telapak. Dua bulan mengonsumsi, nenek 17 cucu itu bisa lepas dari kursi roda. Ia kembali bisa berjalan meski agak tertatih. Tak sampai 3 bulan mengonsumsi, luka mengerikan itu sudah lenyap.

Bukan cuma mengonsumsi propolis secara oral, Yatinah juga menggunakan salep untuk obat luar. Ia mengoleskan salep mengandung propolis pada gangren di kakinya. Sebelumnya luka dicuci 2-3 kali dengan cairan infus. Cairan infus dipilih lantaran steril. Setelah dibilas dengan cairan madu, barulah salep dioleskan. Cairan madu menggantikan alkohol yang meskipun ampuh mengeringkan luka tapi sakitnya tidak tertahankan.

Sumber: Majalah Trubus No. 483 Edisi Februari 2010
 

Jangan Remehkan Kekuatan Alam

Banyak hal-hal yang sederhana dari alam sebenarnya memiliki kekuatan menyembuhkan yang dahsyat. Hal ini memang sudah ketentuan dari Tuhan untuk supaya kita tidak menjadi angkuh dan supaya lebih menghargai alam. Tuhan ingin supaya kita tetap rendah hati dan saling bergantung antara alam dan manusia.

Inilah wujud kasih sayang Tuhan kepada kita yang telah menciptakan alam untuk menjadi obat bagi berbagai penyakit manusia. Jika kita angkuh dan melupakan alam, maka resikonya adalah “sakit yang tak tersembuhkan”. Dengan melawan kodrat yang telah ditentukan oleh Tuhan, penyakit yang seharusnya “bisa disembuhkan” jadi penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Para ilmuwan dan dokter medis konvensional, dalam sekolah kedokteran konvensional tidak banyak diajarkan untuk “bergantung dan bekerjasama dengan alam”. Oleh karena itulah mereka memproduksi dan meresepkan obat-obatan kimia yang penuh efek samping, kurang manjur, dan tidak ramah lingkungan (merusak alam jika dibuang ke air dan tanah).

Walaupun memang obat-obatan kimia tersebut dibuat dari alam, namun cara “memperlakukan” alamnya-lah yang salah. Sifat alami dari alam telah banyak dirubah dan dirusak oleh produsen obat kimia, sehingga terlahirlah suatu produk baru yang sifatnya sangat jauh dari rancangan asli Sang Pencipta. Struktur kimiawi aslinya telah berubah dari yang stabil menjadi tidak stabil, sehingga beresiko memiliki banyak efek samping plus mencemari lingkungan jika dibuang.

Ini sama saja dengan mengatakan “Caraku lebih baik daripada caramu Tuhan. So, I’ll do it with my way (Jadi, biar saya lakukan dengan caraku)!” Walaupun tidak mengatakannya dalam kata-kata, tapi telah mengatakannya dalam tindakan.

Pemahaman yang salah tentang alam ini malah diajarkan di semua sekolah kedokteran konvensional (kecuali medis holistik) dan dipraktekkan oleh para ilmuwan dan dokter konvensional. Oleh karena melawan kodrat, itulah sebabnya sains medis konvensional banyak mengalami “impotensi” dalam menangani kasus-kasus penyakit maut seperti misalnya: diabetes, gagal ginjal, AIDS, dan kanker stadium lanjut. Bagi mereka, semua penyakit ini tidak bisa disembuhkan, namun bagi komunitas holistik, semuanya bisa disembuhkan.

Seperti Anda baca dalam artikel Trubus sebelumnya, diabetes ternyata bisa disembuhkan dengan bantuan alam seperti misalnya propolis, terapi teripang dan spirulina!

Namun sungguh naas, pengetahuan yang berharga tentang kedahsyatan alam ini tidak diajarkan di semua sekolah kedokteran konvensional dan tidak dijadikan standar pengobatan di semua rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh karena “money politik” para mafia kesehatan yang tidak mau kehilangan pendapatan besarnya.

Sebab, jika penyakit-penyakit maut ternyata bisa disembuhkan, berarti “repeat order” untuk obat-obatan kimia dan jasa mereka akan berhenti karena pasien sudah sembuh. Bisnis yang mereka dapat dari “efek samping” juga hilang. Satu obat kimia bisa membawa segudang efek samping yang juga perlu obat lagi untuk mengatasinya. Tapi jika ada obat alami yang tanpa efek samping, berarti mereka akan kehilangan uang lagi dari bisnis efek samping.

Ada golongan suplemen yang memang sekedar sebagai pelengkap nutrisi dan hanya bersifat mencegah penyakit, namun ada juga golongan suplemen yang bekerja lebih dari itu. Inilah golongan “suplemen super” yang bukan sekedar mencegah penyakit, tapi juga bisa secara “agresif” mengenyahkan sumber penyakit, mengeluarkan racun/zat-zat kotor dan meregenerasi sel-sel yang rusak. Bahkan keampuhannya bisa lebih dahsyat, lebih aman dan lebih murah daripada obat-obatan kimia dan operasi jutaan rupiah, seperti contoh artikel Trubus sebelumnya.
 

Lebih Baik Dikonsumsi Setiap Hari

Adalah mustahil bagi kita untuk memilih makanan dan minuman yang 100% sehat (tidak ada zat aditif sintetisnya, tidak tercemar pestisida, tidak tercemar bahan kimia berbahaya, dan tidak bersifat kanker). Sayur dan buah di jaman sekarang pun kadar nutrisinya telah banyak berkurang oleh karena adanya pencemaran tanah. Oleh karena itu, kita tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi hanya dari “menu utama” sehari-hari saja. Kita juga perlu suplemen sebagai pelengkap nutrisi dalam keseharian kita.

Jadi jika Anda ingin tetap sehat, RUTINLAH konsumsi suplemen setiap hari, terlebih lagi dikala sakit. Carilah suplemen super bukan golongan herbal keras, dimana herbal keras hanya bisa dikonsumsi saat sakit saja, jadi bukan untuk pencegahan penyakit. Contoh suplemen super yang aman dikonsumsi setiap hari bahkan seumur hidup adalah minyak kelapa murni, propolis, madu, bee pollen, royal jelly, ekstrak teripang, dan spirulina. Dengan melakukan kebiasaan sehat ini, maka Anda akan terhindar dari kemungkinan malpraktek mafia kesehatan.
 

Di Mana Bisa Mendapatkan Suplemen Super?

Mudah kok. Anda bisa mendapatkannya di apotek terdekat, toko herbal atau dari distributor MLM (Multi Level Marketing) di kota Anda.

Apalagi di jaman sekarang, Anda bisa mencarinya via internet dengan belanja online. Tapi memang untuk belanja online Anda perlu hati-hati jangan sampai mendapat produk yang palsu, KW, atau sudah ekspired.

Anda juga bisa mendapatkan suplemen super yang sudah pasti asli dan berkualitas, dengan menghubungi kami DI SINI.
 

Bumi Sedang Sekarat, Saatnya Membuat Perubahan

Ya betul. Bumi sudah sekarat dan makin sekarat karena makin banyak obat kimia yang diproduksi dan dibuang ke air dan tanah. Jumlah obat kimia makin menggila seiring bertambah banyaknya orang yang sakit, Dan dari yang sakit juga makin banyak yang memakai obat-obatan kimia.

Saya tidak meminta Anda untuk stop memproduksi atau mengonsumsi obat kimia 100%, karena obat kimia juga bermanfaat tapi hanya 1% saja dari yang pernah diproduksi sampai saat ini. Stop yang 99% itu, dan beralihlah ke suplemen atau obat alami jenis lainnya, maka bumi ini akan sembuh dengan sendirinya. Bukan hanya bumi, tapi Anda juga sembuh (dengan ijin Tuhan).
Kita tidak perlu menoleh atau menunjuk ke arah lain karena orang yang peduli dan sadar itu tidak lain seharusnya adalah diri kita sendiri!

Perubahan harus dimulai dari diri sendiri dan menularkannya ke orang lain!

Tapi tentu saja, hal ini akan menjadi kesialan bagi raksasa farmasi karena mereka akan kehilangan 99% penghasilan mereka. Pihak-pihak mafia kesehatan dan yang berhubungan dengannya akan juga kehilangan penghasilan dalam jumlah yang sangat banyak, kecuali mereka akhirnya juga menjual suplemen holistik, bertobat dan berdoa meminta berkat kepada Yang Empunya Berkat. Namun apakah ini mungkin? Semoga saja.

Healindonesia, Dt Awan (Andreas Hermawan)

Lebih baru Lebih lama
Follow MedisHolistik.com untuk rutin mendapatkan update artikel via email >> Follow Sekarang <<