Beras merah sering dipuji sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan beras putih, karena mengandung lebih banyak serat, antioksidan, dan nutrisi penting. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran tentang kandungan arsenik anorganik dalam beras, termasuk beras merah. Pertanyaannya: apakah beras merah masih aman dikonsumsi? Dan apakah ada beras merah yang bebas dari arsenik?
Apa Itu Arsenik dan Mengapa Ada dalam Beras?
Arsenik adalah elemen alami yang bisa ditemukan di dalam tanah, air, dan udara. Ada dua jenis utama:
- Arsenik organik (lebih aman dan ditemukan di makanan laut).
- Arsenik anorganik (lebih beracun dan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan jangka panjang).
Tanaman padi cenderung menyerap lebih banyak arsenik anorganik dibanding tanaman lain karena ditanam di sawah yang terendam air. Arsenik dari tanah dan air lebih mudah larut dalam kondisi ini, sehingga diserap ke dalam bulir padi.
Mengapa Beras Merah Bisa Mengandung Lebih Banyak Arsenik?
Beras merah tidak digiling seperti beras putih. Lapisan luar (bekatul dan sekam tipis) yang mengandung banyak nutrisi juga merupakan tempat terkonsentrasinya arsenik. Oleh karena itu, beras merah biasanya mengandung lebih banyak arsenik dibandingkan beras putih dari varietas dan lokasi yang sama.
Apakah Beras Merah Masih Aman Dikonsumsi?
Jawabannya: Ya, masih aman — asal dikonsumsi secara bijak dan dengan memperhatikan sumber serta cara memasaknya. Berikut penjelasannya:
1. Kadar arsenik berbeda-beda tergantung lokasi
- Penelitian menunjukkan bahwa kadar arsenik dalam beras sangat tergantung dari asal tanah dan air irigasi.
- Beras dari daerah seperti India bagian utara, Pakistan, dan sebagian wilayah Indonesia yang tidak tercemar air industri biasanya memiliki kadar arsenik lebih rendah dibandingkan beras dari wilayah Bangladesh, Tiongkok selatan, atau beberapa negara bagian di AS seperti Texas.
2. Cara memasak bisa mengurangi kadar arsenik
- Membilas beras sampai airnya jernih dan merebusnya dengan rasio air 6:1 (air:beras) lalu membuang air sisa rebusan bisa mengurangi kandungan arsenik hingga 30–60%.
- Hindari memasak beras dengan metode menyerap air seluruhnya (seperti rice cooker) jika Anda khawatir soal arsenik.
3. Variasi konsumsi penting
Jangan hanya mengandalkan beras sebagai sumber karbohidrat. Variasikan dengan umbi-umbian, quinoa, jagung, oat, atau singkong untuk mengurangi total paparan arsenik dari makanan.
Apakah Ada Beras Merah yang Bebas Arsenik?
Tidak ada beras yang benar-benar bebas arsenik, karena unsur ini secara alami ada di lingkungan. Namun:
- Beras organik bukan berarti bebas arsenik, karena arsenik bisa berasal dari air dan tanah, bukan dari pestisida saja.
- Beras merah yang ditanam di daerah dengan kadar arsenik alami rendah, seperti dataran tinggi yang bebas polusi industri, cenderung memiliki kadar arsenik yang lebih aman.
- Beberapa produsen kini mulai menguji kandungan arsenik dalam produk mereka, terutama untuk pasar ekspor atau makanan bayi. Anda bisa mencari produk yang secara eksplisit mencantumkan uji kandungan arsenik atau yang berasal dari daerah dengan reputasi baik.
Kesimpulan
Beras merah tetap merupakan makanan sehat yang kaya nutrisi, selama Anda memilih sumber yang baik dan memasaknya dengan cara yang benar. Tidak perlu takut berlebihan, tapi bijaklah dalam memilih dan mengonsumsi.
Tips sehat:
- Pilih beras merah organik dari petani lokal yang airnya bersih
- Masak dengan metode "rebus lalu tiriskan"
- Konsumsi secara bergantian dengan sumber karbohidrat lain